Kamis, 08 November 2007

MAKNA JIHAD DI BULAN RAMADLAN

Oleh Sutomo*

Dalam bulan suci ini adalah refleksi dari sebuah pengentasan hawa nafsu yang selama sebelas bulan mungkin sebagian dari kita telah melakukan hal-hal yang di larang oleh Allah.
Dengan apologi di atas mungkin tepat sekali kalau kita meniti di bulan ramadhan ini sebagai lahan acuan yang tepat. Kadang hal itu sering diabaikan kita sebagai aktifis mahasiswa, penulis ingat pada suatu diskusi ada yang mengatakan bahwasannya ramadhan hanya sebagai rutinitas dan selama ini Islam belum bisa memberi solusi yang tepat, dalam konteks ini adalah puasa Ramadhan yang di maknai salah satu peserta diskusi sebagai agenda rutinitas umat Islam. Masya Allah
Idealnya di dalam puasa Ramadhan ini ada hal yang urgen, yaitu memerangi hawa nafs atau jihad fin Nafs.
Ada tiga hal dalam jihad menurut Masdar Farid Mas’udi:
Pertama, jihad fisik untuk mengalahkan pihak lain secara fisik dan dengan menggunakan kekuatan dan alat yang juga bersifat fisik, kepalan tangan, pedang atau rudal. Semua bangsa, semua komunitas, termasuk komunitas agama pernah terlibat jihad katagori ini, dalam ukuran yang berbeda-beda. Alasannya beragam, tetapi lazimnya adalah mempertahankan eksistensi diri atau sekadar meneguhkan hegemoni diri.
Izin perang yang diberikan Islam kepada umatnya pun terbatas pada pertahanan diri. Tidak lebih.bahkan ditegaskan, jika kalian mau membalas serangan, balaslah sepadan dengan tindakan lawan, dan jangan melebihi. Bahkan, apabila kalian bisa menahan diri, tidak melakukan serangan balik, itulah lebih baik (An-Nahl [16]: 126). Jihad ini menurut Masdar adalah jihad yang paling rendah karena kemenangan yang di peroleh hanya sebatas kemenangan lahiriyah saja. Orang secara fsik bisa di katakan, tetapi secara pikiran belum tentu bisa.
Kedua, adalah jihad dengan keunggulan Ilmu pengetahuan. Sementara itu, orang boleh saja dikalahkan secara fakir dan ilmu pengetahuan. Tapi, belum tentu dalam hati dia ikhlas mengakui keunggulan lawan dan menjadikannya anutan. Dia bisa saja membuat anutan. Dia bisa saja membuat perhitungan, untuk suatu saat membantainya dengan senjata Ilmu pengetahuannya dan pemikiran yang lebih unggul.
Ketiga, adalah jihad untuk mengalahkan hati orang dengan keluhuran budi sebagai jihad dengan kemenangan yang paling sejati. Orang yang dikalahkan hatinya, bukan secara ikhlas akan menjadikan sang pemenang sebagai pahlawan dan anutan bagi dirinya sendiri. Inilah dengan martabat yang tertinggi, yang oleh Rasulullah disebut jihad akbar, dengan kemenangan yang juga akbar.(Jawa Pos, 29/10/2006)
Jihad akbar inilah yang harus dilakukan setiap orang Islam, apalagi seperti bulan puasa seperti ini seseorang harus bisa menjaga dan menahan dalam berbagai hal tidak hanya menahan lapar dan haus tapi lebih dari itu puasa harus menahan dari gejala pemikiran yang "negatif".
Dengan puasa dalam arti membersihkan diri idealnya tidak hanya dilakukan didalam bulan puasa saja, namun pasca ramadhanpun seorang muslim harus bisa menjaga dirinya dari hal yang tidak di kehendaki oleh Allah SWT.
Jadi dalam puasa bisa diartikan sebagai pembersih diri dan diharapkan pasca lebaran orang muslim tetap istiqomah menjalankan perintah Allah.

*Penulis adalah Alumni MA Qudsiyyah, sekarang sedang mencari "ruang batin" yang dulu pernah hilang karena sebuah hal yang tidak bisa ditinggalkan

1 komentar:

nudindamara mengatakan...

MARI DEWASA DALAM BERORGANISASI,KAWAN.
TINGGALKAN PERSAINGAN NONFAIRPLAY...demi kepentingan kader bangsa/umat, bukan kepentingan sesaat.
ALLAH MAHA MELIHAT