Kamis, 08 November 2007

AGAMA DALAM ARUS POST-MODERN



Agama selamanya hanya akan menjadi hiasan dan patung belaka, jika umatnya tidak dapat merasionalkan ajaran agama itu sendiri.
Permasalahan pokok dari era yang satu ini (Post-Modern) adalah anti kemapanan, menentang segala hal yang berbau kemutlakan dan baku, menghindari suatu sistematika uraian dan pemecahan persoalan yang bersifat skematis, serta memanfaatkan nilai-nilai yang berasal dari berbagai aneka ragam sumber.
(Amin Abdullah)


Dalam segi doktrin agama, agama dapat di definisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, alam dan dengan manusia lainnya. Tapi dalam segi antropologi, agama sebagai sistem keyakinan yang dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan anggota masyarakat untuk berjalan sesuai dengan kebudayaan dan ajaran agamanya.

Sejauh ini kalau kita membicarakn agama pasti klaim sepihaklah yang akan muncul , bahwa agama kitalah yang paling benar, hal tersebut disadari atau tidak pasti akan muncul.
Sebab pendoktrinan di dalam suatu agama adalah hal yang lumrah di lakukan oleh agama itu sendiri tanpa mengindahkan yang lainnya. Hal seperti itulah yang di zaman sekaramg ini tidak patut untuk dilakukan di setiap masing-masing agama, tidak memandang agama itu Islam, Kristen, Hindu, atau Budha atau yang lainnya


Agama sesungguhnya mempunyai peran ganda, untuk individu dan masyarakat. Terhadap seorang individu, agama adalah penyucian diri, sarana penyucian jiwa yang akan memberi berbagai pegangan dan pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup terhadap suatu masyarakat, agama menjadi suatu sarana penting dalam tertib sosial, dan norma-normanya sering amat efektif untuk membentuk suatu sistem sosial.


Agama dalam individu maupun sosial, dalam artian ajarannya dalam arus post- modernisasi ini mendapat tantangan yang sangat berat sekali, namun di pandang berat atau ringannya agama tersebut di lihat dari pengikutnya dalam mengaktualisasikan ajaran dalam agamanya, sehingga agama tersebut layak untuk di ikuti atau "diimani".


Sejarah masyarakat telah menunjukkan suatu perkembangan dalam sistem masyarakat kita, sebagaimana perkembangan dalam pemikiran, pengetahuan dan perkembangan masyarakat itu sendiri. Masyarakat dalam bentuk primitif, bentuk kepercayaan bersifat animisme dan dinamisme, yang memandang semua atau sebagian alam di penuhi dengan kekuatan-kekuatan ghaib. Pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalahpun akhirnya dengan sesajen-sesajen tertentu, untuk mengendalikan dan menundukkan kekuatan-kekuatan ghaib yang di pandang sebagai sumber dari segala kejadian.


Masyarakat berkembang dalam bentuk agraris, bentuk kepercayaan alam primitifpun mengalami perkembangan, perubahan, pergeseran, dan bahkan hilang. Sampai kita temui sekarang kehidupan masyarakat kita berbentuk modern atau industri. Banyak gejala-gejala sosial yang kita temui akibat perubahan masyarakat kita dari bentuk agraris ini. Diantaranya muncul sikap rasionalitas terhadap seluruh bidang hidup kemasyarakatan termasuk bidang kepercayaan atau agama. Meledaknya urbanisasi, sikap hidup yang dinamis, bebas, individualistik dan materialistik.


Kenyataan ini tentu membawa perubahan dalam pandangan manusia terhadap kepercayaan atau agama. Dari sejarah perkembangan masyarakat dan sistem kepercayaan tersebut di atas bahwa agama atau kepercayaan menunjukkan akan di tinggal masyarakatnya manakala tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat. Agama akan ditinggal pengikutnya jika tidak pernah memberikan sumbangan pada masyarakat, dalam mendorong semangat hidup, etos kerja yang positif, alternatif pemecah masalah atau apapun lainnya. Lebih-lebih bagi agama yang dipandang menghambat kemajuan dan perkembangan masyarakat.


Seperti yang telah terjadi pada masyarakat dunia barat sebagian besar diantara mereka telah meninggalkan agamanya ketika berada pada masyarakat modern atau industri. Mereka gagal membawa serta agamanya dan gagal dalam membangun nilai-nilai agama pada masyarakat sekarang ini. Di katakan oleh Ellul, salah seorang ahli sosiolog, ada beberapa alasan sosiologis yang menyebabkan makin rendahnya jumlah orang menjalankan amalan-amalan keagamaan berdasarkan tradisi Nasrani, yaitu adanya sekulerisasi, iklim penalaran dan sekeptisisme serta ketidakpraktisan sembahyang. Sampai sekarang masyarakat barat banyak yang menempuh jalan hidup secara atheis. Paling kurang mereka berhaluan agnostis, yaitu sikap hidup yang percaya terhadap Tuhan dan beragama tidak, menolakpun juga tidak. Oleh karenanya umat islam dalam arus post-modernisasi ini harus peka dan cermat dalam menilik perubahan-perubahan yang ada dalam sikap keberagamaan atau terhadap agama pada masyarakat yang ada pada saat ini.


Ketika dalam agama , pemeluknya tidak bisa merasionalkan secara emplisit maka agama tersebut akan ditinggal pemeluknya atau bahkan akan di hina oleh pemeluk lain yang bersebarangan dengan agama tersebut, maka dalam kehidupan post-modernitas ini pemeluk agama tersebut harus bisa mengaktualisasikan secara nyata tanpa adanya penghalang yang menghalangi ajaran agama itu sendiri.

Tidak ada komentar: