Kamis, 13 Desember 2007

" TELIKUNGAN KEHIDUPAN " (Hidup Sudah Ada Yang Menentukan)

Keadaan manusia sering memikirkan sesuatu yang tidak kompleks, hal itu akal yang tidak menentu dalam diri manusia itu sendiri, itulah yang dikatakan oleh Bergson. Sehingga manusia ini cenderung untuk tidak mengetahui hakikat dirinya sendiri.

Akal ini kadang tidak menentu untuk memikirkan seseorang dalam setiap harinya, sebuah perasaan kadang menghilangkan apapun yang ada dalam pikiran.
Penulis disini mencoba untuk menguraikan perasaan pribadinya dalam sekian tahun dia melampau kehidupan yang dirasakan seperti dalam televise (mau di pindah ke chanal manupun manusia bisa berubah, tinggal Tuhan yang menentukannya), dan dia sadar akan itu bahwa kehidupan di dunia ini sudah ada yang menggerakkan.

Sekelumit Cerita Kehidupanku
8 Desember 2008, Pukul 2 Tengah Malam

Sutomo kecil yang sekarang ini sudah dewasa berumur berkisar 26 (saat menulis kenangan ini), dulu anak yang di lahirkan secara sederhana ini berkeingina setelah dewasa tidak ingin seperti orang tuanya, waktu berkisar seumuran anak SD dia sering dititipkan dirumah kakeknya waktu sebelum subuh, karena ditinggal untuk mencari pekerjaan, itulah yang dilakukan kedua orang tuanya, si penulis masih ingat betul waktu dibawa ke rumah kakeknya karena orang tuanya berangkat sebelum subuh, dia masih tidur pulas sambil di gendong ibunya maklum orang tuanya yang sehari-hari selalu bergelut dengan terik matahari di sawah sebagai buruh tani ( tandur, njagul, banyuni sawae wong, ngedos, dan sebagainya yang berkenaan dengan hal itu ) sampai sekarangpun hal itu masih dilakukan orang tuanya, guna menghidupi ketiga anaknya (Sutomo, Suhadak, M. Arif Maulana) dia bangga karena dengan dari hasil bumi itu dia sekarang dapat menyelesaikan sarjana S. 1 nya, kenapa tidak bangga ? tetangga sekitarnya yang orang tuanya lebih mampupun tidak dapat mengkuliahkan anaknya, toh walaupun itu di STAIN Kudus.

Cercahan kehidupan kadang membuat hatihya sedih hingga kadang malam hari sendirian mengeluarkan air mata, hatinya melambung kealam sana tanpa gerak dan tidak ada yang menggerakkan kecuaali sang ilahi rabbi. Ketika dia bertanya pada dirinya sendiri, “apa saya nanti bisa hidup layak seperti kebanyakan orang lain dengan titihan anak sawahan”ya …….di tengah nalam irulah dia menangis meratapi hidupnya, maua dibawa kemana kefidupan yang sebentar ini. Hamper sering setiap satu miggu sekali hatinya tersa menangis terseduh sendirian, namun dalam hati kecilnya selalu terucap “ini adalah realitas yang harus aku hadapi, walaupun sepahit apapun itu” baginya sekelumit itu di jadikan kehiduannya sampai sekarang ini.

Sekelumit Cintanya Kala Jadi Pelajar
Menginjak dewasa kehidupannya tidak jauh beda seperti layaknya pemuda lain, yang selalu ingin mempunyai teman wanita baru dalam hatinya. Sehabis tamat Sekolah Dasar di tempat tinggalnya, tepatnya Desa Temulus, Kec. Mejobo, Kab. Kudus, dia melanjutkan sekolah yang dipandangnya bapak kyai-kyai yang mengajar, dan itu betul memang dia masuk di Madrasah Qudsiyyah.Sembilan tahun dia di sana menimba ilmu yang notabene 100 % cowok semua muridnya.

Nah……………….. ni yang………………….. asyik walaupun 100 % cowok namun dalam pencarian wanita dia tidak kalah dengan remaja lainnya, bahkan dia sering di ejek teman-temannya termasuk salah satu anak yang suka mainin perasaan perempuan, betapa tidak ………………………….gonta-ganti cewekpun dia pernah lakukan beberapa kali :

Pertama, Kelas 6 Ibtida’ Qudsiyyah dia sudah mempunyai cewek kelas 3 Tsanawiyah, cewek ini bernama Qudsiyyanah yang kebetulan cewek tersebut sekolah di MTs Miftahut Tholibin Mejobo. Hampir sekitar 6 bulanan dia menjalani separuh hatinya di titipkan ke ceweknya itu, mula bertemunya tidak sengaja kala ceweknya satu kelas di madrasah wustho sore Miftahut Tholibin Mejobo. mungkin orang jawa benar “trisno jalaran soko kulino” sembari kadang mengantarkan sampai rumah habis jam pelajaran dia mula-mula jatuh hati. Yahhhhhhhhhhhhhhhh ……………………………namanya pacaran kadang ada persoalan yang melanda, salah satunya salah paham ……………..mungkin, mengira dia kelain hati begitu juga Sutomo sebaliknya. ( + th. 1996 )

Kedua, namanya Dewi Kurniawati dia ini tetangga rumahnya yang kala itu sekolah di SMA Al-Ma’ruf Kudus kelas 2, Sutomo kala itu duduk di kelas 2 MTs. Hubungan ini berkisar 6 bulan, karena tidak ada komunikasi yang jelas dan kala itu orang tua Nia sapaannya kayaknya kurang merestui jadi putus di tengah jalan. ( + th. 1998 )

Ketiga, Nor Umroh, cewek yang nomer dua sekokah di SMA, namun yang nomer tiga ini masih duduk di bangkau MTs Miftahut Tholibin, sama dengan cewek yang pertama, dan sutomo kala juga masih kelas 3 MTs, mempunyai hubungan sama Umroh ini berkisar 9 bulanan, dan putus gara-gara ada tepaan isu yang tidak jekas, sampai sekarang pun sutomo binggung ………………Yang mana ceweknya ini tidak kuat mendengarkan isu tewrsebut,sehingga sepakat untuk pisah.( + th. 1999 )

Keempat, Musyarofah, cewek yang di pacari nomer empat ini kala itu sekolah di kelas 2 MA NU Banat Kudus, berjalan sekitar 4 bulanan. Yahhhhhhhhh pada saat itu sotomo juga kelas 2 Aliyah Karena di sebabkan kedua orang tua ceweknya tidak sepakat maka segera Sutomo untuk tidak melanjutkannya. ( + th. 2001 )

Kelima, Kurnia Inayah, selama hubungan pacaran. Cewek yang nomer 5 inilah yang paling lama hubungan berkisar 1setengah tahunan, di tempuh sutomo mulai awal kelas 3 aliyah Qudsiyyah sampai awal semester 2 di STAIN Kudus, pisah gara-gara ceweknya main “api” dengan pria lain. Mau tidak mau sutomo mengabil keputusan untuk putus ( + th. 2002-2003 )

Telikungan “Cinta” Yang Tak Berujung
Kadang dengan cinta orang bisa tertwa, dan kadang dengan cinta orang bisa menangis tersedu-sedu tiada akhir.
Awal masuk kuliah bagi seorang Sutomo adalah dunia baru, dulu cita-citanya sehabis di madrasah Qudsiyyah tidak terbesit untuk melanjutkan di Perguruan Tinggi, dan keinginannya adalah di Pondok Pesantren. Sehingga dengan agan-angan di pondok pesantren , maka ketika prlajaran imi kadang di buat guyonan, tiduran dll, inilah yag membuatnya sedikit merasa malu kalau membicraka “ndablegnya” masa lampau menjadi pelajar. Dia termotivasi masuk di perguruan tinggi hanya karena waktu di kelas 2 Aliyah menekuni dunia jurnalistik, sehingga jalan perguruan tinggilah yang harus di tempuh dan dilakukannya.
Masa kuliah di jalaninya sehari-hari tanpa ada satupun yang dilewati, disela-sela semester satu, dua. Dia harus menentukan sebuah pilihan untuk menatap ke depan karena dia menentukan sebuah pilihan antara memilih konsentrasi organisasi, kuliah seperti kalong (dari rumah ke kampus terus menerus……….) dan atau seperti teman-temannya yang lain guna melakukan apa yang pernah dilakukan ketika pada masa Aliyyah (cari pacar) akhirnya sutomo dengan berbagai pertimbangan yang matrang dia konsentrasi memilih untuk bergelut langsung di organisasi hingga sekarang, masalah pacaran ketika waktu di MA di buang untuk sementara.
Perjalan organiasipun dilakuakan nya, mulai dari kepengurusan yanga ada di UKM (KSR) tahun 2004, DPM ( tahun 2004 ) dan BEM ( tahun 2005 ), mulai dari inilah karakter sutomo terbentuk. Karena dia lebih konsentrasi di DPM dan BEM maka di situ paradigma berfikirnya beda dengan mahasiswa yang lain, relungan perpolitikan kampus setiap detik, menit dan jam selalu menghampirinya, sehingga frem berfikirnya keras dan egois dan ketika ada persoalan selalu memakai akal.

“Sentuhan Hati”
Dengan frem berfikir politik seperti di jelaskan diatas, ternyata ada gejala yang menghambat pada dirinya tatkala dihadapkan pada seorang wanita yang di kaguminya, dia sembari berfikir ketika diskusi kecil sambil tiduran dengan sahabatnya ada kesimpulan dari diskusi itu yang berkenaan dengannya dan sahabatnya, karena dia dan sahabatnya ini sama-sama aktifis kampus ada hal yang terucap dalam diskusi “sehebat apapun orangnya ketika di hadapkan pada satu hal yaitu masalah wanita, maka hatinya akan rapuh dan lunak ”.
Waktu terus berlalu, seorang sutomo waktu itu semester 4 kiranya pantas untuk memilki “ sandaran hati “ sambil membuktikan hasil diskusi diatasa, dia tersentuh dengan cewek yang beralamt di daerah Pati, namun ngak jelas alamatnya pati mana. Cewek itu bernama Zuli kebetulan satu angkatan dikampusnya, proses pendekatanpun dilakukannya kurang lebih 1 minggu,dan kalau tidak salah bertepatan Bulan Desember 2004 cukup singkat bukan…..? ya …terlalu singkat, dan ketika sutomo menyatakan perasaan dalam hatinya cewek tersebut dengan nada entengnya terucap dari mulut manisnya, “masak secepat itu”. dezngan sutomo tertolak dan sambil sembari hati jengkel, namun hal itu tidak membuat sutomo larut dalam aktifitasnya sehari-hari. Dan satu yang jadi catatan hasil diskusi dengan sahabatnya masih belum benar. Dia masih tetap biasa engan perasannya sendiri.
Semabri segudang aktifitas yang dilakukan di dalam kampusnya dia terbesit dalam dirinya untuk mencari pendamping hidup, tibalah semester tujuh, engan tidak sengaja da bertemu dengan cewek di kantor jurusan tarbiyah, kemudia dia kenalan cewek itu bernama alif ginong pratidina, semabri dia berfikir macem yo, keto’e wonge alus. Proses pendekatan pun dilakukan kira-kira 2 bulanan, kalau tidak salah desember – januari 2006-2007, ngobrol barengpub dsilakukan setia ada waktu, baik lewat HP ataupun kadang kadang kebetulan ketemu di kampus. Tiba saatnya, alif panggilan cewek itu, dia ingin bertemu sutomo, bertemulah keduanya di ruangan perpustakaan, alif bertanya keanap kamu perhatian padaku sejauh itu…………….semabari sungkan sutomo menjawab karena belum waktunya, dengan twerpaksa menjawab ya,……. Apa kata alif, ternyata saya belum berani ko’ mas……………….., hatinya pun kecewa lagi.
Dengan dua kejadian itu, sutomo berfikir terus-menerus, dan ternyata yang mempengaruhinya adalah karena dia kaku dalam bercinta.
Sembari refleksi ada beberapa hal yang membuatnya tidak sehebat cari cewek ketika pada masa menjadi pelajar. Pertama, telikungan paradima politik kampus, kedua, cara mendekatinya tidak sehebat masa menjadi pelajar, ketiga, tidak bisa merayu sehebat dulu.
Cukup tiga mungkin dan yang paling mempengaruhi adalah yang nomer satu, karena telikungan politik sehingga hatinya keras, egois dan meyelesaikannya memakai akal tidak pakai hati.

“Menatap Kehidupan baru”

Kamis, 06 Desember 2007

Biografi Sutomo


Sutomo , Lahir di Kudus pada tanggal 26 Agustus 1981, tepatnya di Desa Temulus RT 01 / I, Kec. Mejobo Kab. Kudus, pria yang sekarang ini sedang menyelesaikan strata 1 (S. 1) di STAIN Kudus jurusan tarbiyah bercita-cita ingin menjadi penulis yang handal sekaligus berkeinginan “nkrumati wong deso” di tempat kelahirannya. Anak pertama dari tiga saudara ini kesehariannya sedang menyelesaikan skripsi sekalian juga nyambi cari uang dengan cara buka rental di depan rektorat STAIN Kudus.

Kakak dari Suhada’ dan M. Arif Maulana ini dilahirkan dari pasangan Sulikin dan Sumisri pernah sekolah yang semi Pondok Pesantren selama 9 tahun, yang di dirikan salah satu pendiri Jamiyyah Nahdlotul Ulama’ yakni K H. R. Asnawi yang di beri nama Madrasah Qudsiyyah, di sekolah ini dia mendapat biasiswa mulai MTs kelas 2 sampai kelas 3 Aliyah

Setelah dapat bimbingan di Madrasah Qudsiyyah yang di ampu kyai-kyai khos di Kudus, dia berkeingina melanjutkan kuliah di kota Apel Malang, namun karena berbagai hal masalah biaya tentunya dia kembali ke Kudus. Hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk tidak kuliah. Dengan biaya sendiri selama ketika sekolah MA Qudsiyyah sambil angon wedus (bahasa jawanya, pengembala kambing bahasa Indonesianya) dia mantap melanjutkan kuliah walaupun di kota kelahirannya.

Pria yang masih aktif di kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang kudus periode 2007-2008 ini waktu masih aktif di kampusnya pernah menjabat sebagai pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada tahun 2004, dan pada 2005 menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) setelah kejenuhan krumati diinternal kampus, dia langsung dipercaya Sahabat-sahabatnya menjadi Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sunan Kudus Periode 2006

Laki-laki yang suka “berpenampilan apa adanya” ini sering menulis di majalah mahasiswa dan Bulletin tempat almamater, sebagai orang yang haus keilmuan ini berkeinginan sekali melanjutkan strata 2 (S. 2) dengan biaya sendiri, dan mengidam-idamkan istri yang cantik (menurutnya), pengertian, sabar, dan tahu keadaannya, serta yang paling dia tidak suka adalah di bohongi.