Kamis, 08 November 2007

ISLAM INDONESIA : Sebuah kearifan lokal



Seseorang ketika bicara tentang Islam Indonesia, mereka sedang bicara soal Islam Modernis dan Tradisionalis yang di wakili Muhammadiyah dan NU. tapi itu biasanya klasifikasi terhadap pemahaman atas doktrin keagamaan. (Budiman Sudjatmiko)


Banyaknya aliran pemikiran tentang Islam yang ada di Indonesia pada saat ini membuat corak Indonesia mempunyai karakter tersendiri di dalam kancah pemahaman tentang wacana ke-Islaman yang ada, ini membuat Indonesia semakin kaya akan pemikiran baru.


Munculnya fenomena tersebut mulai adanya Walisongo, ketika itu ajaran Hindu-Budha di poles dengan ajaran Islam, dengan adanya fenomena yang ada sekilas tentang sistem penyebaran Islam di jawa, Sunan Kalijogo dengan memakai wayang kulit yang jadi tradisi masyarakat sekitar pada waktu itu.


Sejak itulah muncul corak yang berbeda Islam yang ada di Indonesia dengan munculnya Islam pertama kali di zaman Nabi Muhammad SAW, ini membuktikan bahwasannya Islam yang ada selama ini bersifat fleksibel dan bisa di pakai dimana saja dan kapanpun bisa, tapi perlu di ingat dalam hal ini adalah ibadah ghoiru mahdhoh bukan ibadh mahdhoh. Kadang pemahaman tersebut sulit di terima oleh kebanyakan orang terlebih orang Islam sendiri.


Kemudian tahun demi tahun dan masa demi masa muncullah organisasi terbesar di Indonesia yaitu Nahdlotul Ulama’ pada 1926, dan Muhammadiyah pada 1912 dengan munculnya dua organisasi terbesar di Indonesia pada saat ini menegaskan bahwasannya Islam di Indonesia mempunyai corak dan karakter tersendiri apalagi di tandai dengan pemahaman Empat Mazdhab Fiqih sampai pada sekarang ini.


Namun dengan adanya kejadian yang ada di Indonesia pada pertengahan 2006, yaitu pada masanya sigoyang ngebor Inul Daratista banyak orang yang mengklaim bahwa goyangannya di hukumi sebagian orang Islam sesama artis sendiri dengan mengambil hukum haram, ini menandakan bahwasannya pemikiran yang bersifat pluralistas semakin tergeser. Lagi aliran-aliran baru yang ada pada Tahun itu, Ahmadiyah dan Elia Eden menunjukkan pluralitas yang ada semakin tergeser atau pemikiran baru anak-anak muda NU yang ada di cap melenceng dari ajaran Islam tanpa di klarifikasi dulu, contoh Ulil Absor Abdala yang mempunyai kajian Jaringan Islam Liberal (JIL)


Bukan berarti si penulis setuju dengan aliran-aliran atau pemikiran-pemikiran diatas, namun cara penyelesaiannya yang kurang setuju, mengharamkan orang lain dan kadang berbuat anarkis tanpa di klarifikasi dulu.


Orang memahami Islam dan bahkan kebanyakan yang ada, memahaminya hanya mempunyai satu ajaran yang tidak bisa di ubah sama sekali sehingga ajaran yang ada kelihatan sangat sempit dan bersifat ekstrim.


Padahal realitas yang ada tentang sistem penurunan al-Qur’an pada zaman itu sangat di sesuaikan oleh Allah pada masa itu pula. Jadi sebenarnya kalau kita kaji lebih jauh tentang Islam secara komprehensif sangatlah enjoy dan mudah untuk di terapkan pada zamannya.

Tidak ada komentar: